Berdasarkan sebaran
wilayahnya, kekeringan di Jawa Tengah melanda 1.254 desa yang tersebar
di 275 kecamatan dan 30 kabupaten/kota sehingga memberikan dampak
kekeringan terdapat 1,41 juta jiwa atau 404.212 KK. Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah telah mengeluarkan status siaga darurat kekeringan hingga
Oktober 2017.Di Jawa Barat kekeringan melanda 496 desa di 176 kecamatan
dan 27 kabupaten/kota sehingga berdampak kepada 936.328 jiwa penduduk.
Delapan kepala daerah kabupaten/kota telah mengeluarkan status siaga
darurat kekeringan yaitu Kabupaten Ciamis, Cianjur, Indramayu, Karawang,
Kuningan, Sukabumi, Kota Banjar, dan Kota Tasikmalaya.Begitu pula
halnya dengan di Jawa Timur, kekeringan melanda 588 desa di 171
kecamatan dan 23 kabupaten/kota.
Di Nusa
Tenggara Barat kekeringan melanda 318 desa di 71 kecamatan yang tersebar
di 9 kabupaten meliputi Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok
Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, Bima dan Kota Bima. Sebanyak
640.048 jiwa atau 127.940 KK masyarakat terdampak kekeringan. Sedangkan
di sembilan kabupaten di Provinsi Kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT)
dilaporkan mengalami darurat kekeringan. Hal itu menyusul sumber-sumber
mata air mulai mengering. Sembilan kabupaten yang melaporkan darurat
kekeringan itu adalah Flores Timur, Rote Ndao, Timor Tengah Utara (TTU),
Belu, Malaka, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya dan Sabu
Raijua.
Di Provinsi DI Yogyakarta, kekeringan
melanda di 10 kecamatan di Kabupaten Kulon Progo. Di 10 kecamatan
tersebut ada 32 desa yang terdampak kekeringan , ada 12.721 Jiwa di
dalam 7.621 KK yang terdampak kekeringan di musim kemarau ini.
Penyaluran air bersih terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.
Sedangkan kekeringan dan dampaknya di Provinsi Banten, dan Bali masih
dilakukan pendataan. Sebagian besar daera-daerah yang terlanda
kekeringan adalah daerah-daerah yang pada tahun-tahun sebelumnya juga
mengalami kekeringan. Masih tingginya kerusakan lingkungan dan daerah
aliran sungai menyebabkan sumber air mengering. Pasokan air di sungai
menyusut drastis selama musim kemarau. Di satu sisi kebutuhan air masih
meningkat sehingga kekeringan menahun masih terjadi di wilayah tersebut.
Upaya
yang dilakukan untuk jangka pendek adalah bantuan dropping air bersih
melalui tangki air. BPBD Bersama SKPD, relawan dan dunia usaha telah
menyalurkan jutaan liter air bersih kepada masyarakat. Beberapa daerah
dijadual untuk pengiriman bantuan air bersih karena keterbatasan mobil
tangki air. Air bersih ini untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak.
Sedangkan untuk mandi dan cuci warga harus memanfaatkan sumber-sumber
mata air dari sungai atau embung-embung. BNPB memberikan bantuan dana
siap pakai kepada BPBD yang telah menetapkan status darurat untuk
menangani kekeringan.
Upaya mengatasi
kekeringan sudah dilakukan setiap tahun, namun upaya ini belum dapat
menuntaskan semuanya. Pembangunan sumur bor, pembangunan perpipaan,
pemanenan hujan, pembangunan embung, bendung dan waduk telah dapat
mengurangi dampak kekeringan. Upaya ini masih terus dilakukan ke depan.
Diperkirakan
kekeringan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober 2017 mendatang.
BMKG telah merilis bahwa sebagian besar pulau Jawa saat ini sedang
mengalami puncak musim kemarau, dan akan masuk awal musim hujan pada
Oktober-November 2017. Awal Musim Hujan 2017/2018 di sebagian besar
daerah diprakirakan mulai akhir Oktober - November 2017 sebanyak 260
zona musim (76%) dan mengalami puncak musim hujan pada Desember
2017-Februari 2018.
Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat data Informasi dan Humas BNPB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar